10 KUTIPAN BERMAKNA UNTUK MEMBANGKITKAN SEMANGAT BERPUASA DI BULAN PENUH BERKAH



Bulan Suci Ramadhan dapat dijadikan sebagai salah satu momen bagi setiap umat Islam untuk terus meningkatkan dan menambah amal ibadah. Bulan Ramadan merupakan salah satu bulan yang paling mulia. Segala sesuatu ibadah yang dilakukan di bulan Ramadan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Itulah sebabnya mengapa setiap umat Islam selalu berlomba-lomba dalam meningkatkan ibadahnya di bulan Ramadan ini.

Bulan Ramadan pun seringkali membawa kita kepada perubahan yang signifikan; mulai dari segi penampilan, adab dan akhlak, juga intensitas ibadah dan ketaatan. Tak sedikit juga orang-orang yang memutuskan untuk berhijrah di bulan Ramadan.

Simak 10 KUTIPAN BERMAKNA UNTUK MEMBANGKITKAN SEMANGAT BERPUASA DI BULAN PENUH BERKAH berikut ini. Semoga menjadi pemantik kebaikan dan mampu menjadi penyemangat dalam menjalankan ibadah di Bulan Suci ini.

1. “Memasuki bulan Ramadan, maka kita akan berusaha untuk berjalan di garda terdepan. Tapi jangan lupa bahwa ketaatan bukan hanya di bulan ini saja.”

Memasuki bulan Ramadan, maka diri kita akan dibiasakan untuk melakukan hal-hal baru; yang mungkin sangat jarang bahkan tidak pernah dilakukan ketika di luar bulan Ramadan. Seperti sholat berjamaah (bagi kaum lelaki), tadarus Alquran, muroja’ah hafalan, bersedekah, dan lain sebagainya. Jadikan ini sebagai langkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan semoga apa yang kita telah jalani nanti bisa istikamah hingga Ramadan berakhir. Memang benar, di bulan ini pahala dilipatgandakan, tapi di bulan lain harusnya kita tidak menutup mata dari ketaatan yang juga penting untuk kita jaga. Jadi keep istikamah, yah!

2. “Berusaha untuk tetap istikamah menjaga semangat hingga akhir memang bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi untuk mengejar surga kita tidak boleh jadi manusia yang pasrah. Harus terus berusaha tanpa mengenal lelah.”

Adakah jalan menuju kesuksesan yang instan? Mungkin ada, tapi dengan cara yang tak berkah dan kurang nikmat, tentunya. Namun, untuk meraih surga, tidak ada cara lain selain ketaatan dan ketakwaan yang senantiasa kita jaga hanya untuk-Nya. Sebagai makhluk berakal, kita tentu paham betul bahwa berjuang adalah pokok utama keberhasilan dalam pencapaian. Maka, kala diri mulai lelah berbenah dan kendur semangat untuk ibadah kendur di tengah jalan, ingatlah kembali bahwa untuk menuju surga memang tidaklah mudah. Kita perlu banyak bekal yang lebih dari cukup. Bukan hanya sekadar ingin, tapi lebih dari itu. Usaha dan doa yang tidak putus adalah bukti nyata dari keinginan itu sendiri.

3. “Bulan Ramadan adalah kesempatan untuk meningkatkan ketakwaan, menebar lebih banyak kebaikan, menjaga senyum tetap mengembang dan senantiasa menjaga lisan dan hati dari kemungkaran.”

Bulan Ramadan bukan hanya sekadar ibadah dari menahan makan dan minum, serta lapar dan dahaga. Tapi juga untuk menahan diri dari kemaksiatan dan kemungkaran. Ketika mulut mampu menahan diri dari makanan dan minuman masuk ke tenggorokan, dan perut mampu menahan diri dari rasa lapar; tapi hati dan lisan tidak mampu menahan diri dari prasangka buruk dan ghibah, maka puasa kita tentunya tidak akan berkah. Apalah arti puasa jika saat bertemu dengan sesama saudara muslim kita, wajah senantiasa cemberut. Apalah arti puasa jika hati dan lisan senantiasa berprasangka buruk dan tak berhenti menceritakan keburukan orang lain. Perut saja bisa dijaga, tak makan minum sampai buka. Tapi hati masih saja dibiarkan leluasa memakan bangkai saudaranya sendiri dengan ghibah. Yuk, muhasabah!

4. “Awal puasa masjid ramai, jamaah shalat subuh pun penuh. Tapi sayang, tak jarang di tengah perjalanan hingga akhir, masjid kembali sepi, entah ke mana para manusia yang awalnya membuat masjid ramai sekali.”

Adalah hal yang sering kita jumpai. Tatkala awal Ramadan, banyak orang berbondong-bondong meramaikan masjid, shalat tarawih berjamaah, bahkan di lima waktu masjid-masjid selalu penuh. Tapi sayang, sangat jarang sekali euforia ini bisa bertahan hingga akhir Ramadan, entah karena apa. Apakah pahala hanya diberikan di awal Ramadan saja? Ataukah semangat itu sudah hilang termakan kesenangan dunia? Atau rasa malas telah membuat kita enggan melakukan ketaatan? Apa pun alasannya, semua itu adalah bukan sesuatu yang benar. Mari bangun semangat agar tetap utuh hingga penghujung Ramadan, buat rasa malas itu luluh dengan janji surga yang telah Allah janjikan bagi hamba yang beriman. Dan terus jaga euforia ini hingga akhir, agar setan tidak semakin senang karena telah mendapatkan kawan untuk menuju pada kesesatan.

5. “Sejenak hening, tinggalkan bising. Manfaatkan sepertiga malam untuk bercengkerama dan lebih dekat dengan Tuhan.”

Tatkala para manusia sibuk dengan pekerjaannya; sibuk berniaga, sibuk mengejar deadline tugas dunia, sibuk dengan hal-hal yang kelak tak bisa dibawa ke alam baka. Maka jadilah kau manusia yang berbeda. Bulan ini adalah kesempatan yang bisa jadi tak akan lagi dapat kau temui di tahun berikutnya. Boleh jadi ini adalah Ramadan terakhir kita. Maka, selayaknya kita berpikir dan sadar bahwa kehidupan dunia ini adalah fana. Cobalah sejenak hening dan meninggalkan bising. Coba renungkan, jika detik ini juga Tuhan memanggil kita, apakah kita sudah mantap dalam persiapan kita menuju-Nya? Pun demikian, kala manusia tengah asyik dengan bunga tidurnya yang indah. Bangunlah, hamparkan sajadahmu, Tuhan merindukan momen berdua bersamamu: lebih dekat. Manusia lain bisa saja berusaha sekuat tenaga mewujudkan harap dengan usaha mati-matian siang dan malam, tapi tanpa kuasa dari Sang Maha Kuasa maka usaha mereka akan berakhir sia-sia.

6. “Kala kau melihat manusia lain di luar Ramadan sangat jarang bahkan tak pernah ke masjid salat berjamaah, jangan dicela, tapi doakan saja semoga dia istikamah menjemput hidayah.”

Di bulan Ramadan, harusnya sikap dan etika bisa lebih diperbaiki lagi; prasangka buruk dikurangi dan lebih baik dihilangkan. Perbanyak introspeksi diri, bukan malah menjadi hakim dadakan, datang ke masjid cuma untuk interogasi orang. Yang baru nampak ke masjid saat Ramadan jangan dicela, tapi doakan saja semoga dia istikamah. Mereka itu adalah tamu Allah, bukan tamumu. Mereka itu hamba Allah; manusia yang sama sepertimu. Bukan hak kita mendikte ibadah dan ketaatan orang lain, ada baiknya banyak berkaca sebelum mencela, apakah kita sudah lebih baik dari dia?

7. “Jika di bulan Ramadan, di mana bulan dipenjarakannya makhluk terlaknat bernama setan, sikap manusia masih banyak yang kebablasan, mungkin manusianya sudah terlanjur kesetanan.”

Apakah kini hatimu masih sering dinaungi gelisah, gundah; dan emosi masih seringkali meluap-luap, hingga tak mampu menahan amarah? Bisa jadi ada yang salah dengan hatimu. Setan sudah dipenjarakan, godaan sudah berkurang di bulan Ramadan, tapi diri masih seringkali kebablasan dan masih bebas melakukan kemaksiatan. Barangkali, hatimu telah terlanjur dinodai perangkap makhluk terlaknat bernama setan. Maka, berusahalah untuk lepas dari perangkap yang telah mereka pasang, jangan jadikan mereka sebagai kawan, karena mereka tak pantas kau jadikan teman, mereka adalah musuh yang wajid dilawan. Maka, berusahalah untuk lepas, segerakan taubat dan insaf, sebelum ajal datang menjemputmu dalam keadaan hina dengan masih memelihara kemaksiatan dalam jiwa.

8. “Jika Ramadan tidak membuat kita semakin baik, barangkali ada yang salah dengan niatmu.”

Kesempatan untuk berjumpa dengannya bisa jadi sudah habis, barangkali ini adalah kesempatan terakhir yang Allah beri. Maka, berusahalah untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, karena ajal datang tak pernah mau menunggu barang sedetik. Jika Allah telah berkata sudah saatnya, maka tidak akan lagi ada tawar menawar, apalagi suap menyuap. Para malaikat itu taat, tak tergoda dengan dunia barang sedikit, tak seperti manusia yang seringkali mudah dibutakan oleh gemerlap dunia yang fana. Jika momen Ramadan tak semakin membuatmu tumbuh membaik, barangkali ada yang salah dengan niatmu. Coba telusuri lagi relung hati, yakinkah bahwa kau benar-benar telah memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin? Jawabannya, hanya masing-masing kita yang mampu menemukannya. Selamat mencari dan semoga hatimu lekas membaik!

9 “Adakah diri benar-benar rindu? Ataukah rindu ini hanya sebatas tipu-tipu; agar manusia mengira bahwa diri benar-benar rindu akan hadirmu (Ramadan)?”

Wahai diri yang kini masih diberi kesempatan menemui bulan suci ini, adakah hati benar-benar rindu akan kehadirannya? Ataukah rindu ini hanya sebatas pengakuan semata? Betapa sia-sianya waktu yang terlewati, jika tak diisi dengan ibadah sebagai bentuk cinta pada Ilahi juga bukti atas rindu yang terucap sebelum hadirnya bulan suci ini. Jika lisan mampu berkata, tapi hati tak mampu merealisasikannya, maka bisa jadi hati kita telah terjangkit oleh virus kemunafikan. Perbaiki kembali niat, perbarui semangat, semoga kita termasuk dalam bagian hamba-hamba yang taat.

10. “Semoga Allah menerima ibadah kita dan semoga kita masih diberi kesempatan untuk menemui Ramadan selanjutnya; dan semoga hati kita senantiasa terpaut dalam cinta tulus hanya pada-Nya.”

Di penghujung Ramadan, semoga hati kita merasakan kesedihan tersebab kerinduan yang akan kita jalani lagi setahun ke depan. Semoga di detik ini, kita kembali sadar bahwa kesempatan ini bisa jadi adalah kesempatan terakhir kita. Semoga apa yang telah kita jalani sebulan penuh ini nanti kelak mampu menghantarkan kita pada jannah-Nya. Bangun harapan positif sedari kini, barengi pula dengan usaha penuh serta doa yang tak henti. Sadarlah, bahwa untuk menjadi ahli surga itu tak mudah, apalagi hanya dengan modal leha-leha dan pasrah.

Ditulis oleh: Sri Yulia Nuryaningsih

Post a Comment

0 Comments