Tanggung Jawab Wanita
oleh: Fitri
Angginia
Wanita berharga ketika ia mampu menghargai martabatnya sendiri
Wanita berharga ketika ia mampu menjunjung kehormatannya
Wanita berharga ketika ia mampu menghargai dirinya
Puan, kita adalah sosok yang berharga
dan sudah seharusnya kita menjaga keberhargaan diri kita sendiri
Puan, kita ikut andil atas akhirat ayah kita
Puan, kita memiliki tanggung jawab terhadap aurat kita
Puan, kita bertanggung jawab menjadi sosok cendikiawan dan
tauladan
Karena kelak, ada generasi yang berhak dididik dengan baik
dan mendapat madrasah yang baik.
Jangan lelah menuntut ilmu
Jangan menyerah mencari tahu
Jangan mudah puas dengan apa yang sudah kau tahu,
karena dunia cukup luas untuk kau selami.
Palembang, 21 April 2018
Berjarak
oleh: Sri Yulia
Nuryaningsih
sekat membelah temu
memecah rindu dalam haru
yang berubah pilu
aku rindu pada sosok kelabu
sehingga menciptakan puisi
yang terdengar rancu
entahlah, aku tak pandai berbahasa
aku hanyalah wanita tanpa suara
dan hanya lewat aksara
aku mampu menerjemahkan
setiap rasa yang ada
berharap kau mau mencoba
membaca dan memahaminya
kita yang masih berjarak
entah sudah berapa puluh kilometer
rindu ini menyeruak
setiap jalan berliku dengan berarak
yang setiap waktunya
semakin beranak pinak
*
Ibu
oleh: Muhammad
Aidhul Bakri
Ibu, panggilan sederhana untuk kartiniku
pejuang hidup dan masa depanku
dan langkah penguat asaku
juga penopang raga diruntuhnya harapanku
Ibu, pernah kukatakan pada Ayah
jikalau bumi ini terbelah menjadi dua
jika di belahan bumi mana Ayah berada di sanalah aku
ingin berada dalam dekapmu,
ingin kuungkapkan padamu jua, jikalau langit menjadi gelap gulita
kumohon pada semesta, agar aku menjadi celah pengurai
menerangi shyam yang pekat, di balik sang dewi malam.
Oh Ibu, izinkan aku tetap bersamamu
bersama rembulan, izinkan kugenggam jemarimu dan memeluk erat
tubuhmu
sungguh tiada hari yang lebih cerah dibandingkan bersama denganmu
menceritakan pahit manisnya jalanku, yang membasahi bahumu.
Oh Ibu, kau senandungkan lafadz hidup gugus gemintang
dari kerak nyala benderang menjelang petang
suapi tiap ruas tubuhku, dengan kasih tak bertulang
lalu, bertebar padang tasbih Tuhan yang berlalu-lalang.
Ibu, kini ragamu hidup dalam kenang
setelah jiwamu sembahyang keharibaan Sang Kuasa, tapi?
di hatimu hanya ada satu cinta bersanding mesra dengan ajal
yang setia menanti rohmu berpulang, membawa ranum kehidupan.
Selanjutnya, nantikanlah senandung cinta dan kerinduanku padamu,
yang kukirim bersama wewangian dan fatihah …
Medan, 11 April 2019
0 Comments