R8MING #3 | IVANASHA: SAYA LAHIR DARI SEORANG IBU YANG MENCINTAI PUISI



1. Sejak kapan Anda mulai menulis dan serius dalam dunia kepenulisan?

Sejak pertama kali saya belajar menulis di usia kanak-kanak, menulis telah menjadi hobi saya. Saya gemar sekali menulis cerpen dan surat cinta untuk Ibu. Saya pun bercita-cita menjadi seorang penulis sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Namun, saya baru serius dalam dunia kepenulisan pada tahun 2014. Ketika itu, ada patah hati terbesar yang saya alami, dan karenanya saya pun bertekad kuat untuk menyelesaikan sebuah naskah dan menerbitkannya secara mandiri.

2. Apa genre tulisan yang Anda sukai dan menjadi karakter sejak awal menulis?

Puisi. Sebab saya lahir dari seorang Ibu yang mencintai puisi, saya pun tidak heran jika saya begitu menggilai puisi dan terjebak di dalamnya bertahun-tahun. Membaca begitu banyak puisi dan menjadikannya bagian dari diri saya sendiri. Saya pernah mencoba untuk menuliskan genre lain, namun saya rasa, saya hanya menemukan rumah ketika saya menulis puisi.

3. Dari mana sumber inspirasi terbesar Anda dalam menulis?

Jujur saja, inspirasi paling hebat yang saya rasakan selalu berasal dari pengalaman pahit yang saya lalui. Sebagian besar, dari patahnya hati yang tidak disengaja.

4. Prinsip apa yang Anda pegang kuat dalam hal berkarya?

Dalam berkarya, saya selalu meyakinkan diri saya untuk tidak perlu menjadi orang lain ketika saya menulis. Saya hanya ingin selalu jujur di dalam tulisan saya sendiri, menuangkan apa yang betul-betul saya rasakan atau yang saya rasa patut untuk diungkapkan. Saya seringkali bilang kepada diri saya sendiri, bahwa lebih baik beristirahat menulis untuk waktu yang tidak ditentukan, daripada memaksakan diri berkarya namun pada akhirnya merasa karya tersebut hampa dan tidak berasal dari keinginan saya sendiri.

5. Siapa saja tokoh favorit/rujukan/anutan yang sangat berpengaruh dalam dunia tulis-menulis Anda?

Khalil Gibran, Sapardi Djoko Damono, Aan Mansyur. Tiga nama itu memiliki pengaruh penting dalam perjalanan saya menulis puisi. Jika saja dulu saya tidak pernah menemukan karya-karya mereka, barangkali saya juga tidak akan menemukan gairah menulis puisi sama sekali. Karya-karya mereka membuat saya menyadari bahwa puisi memiliki kekuatan tersendiri untuk menyampaikan sesuatu dengan indah, tanpa perlu secara lugas menerjemahkan makna. Kerap kali saya menemukan kata-kata yang tumbuh dari dalam kepala saya, setiap saya membaca puisi-puisi mereka. Bagi saya, itu adalah pengaruh terbesar yang kini menjadikan saya sebagaimana saya sekarang.

6. Buku apa saja yang paling berpengaruh dalam proses Anda berkarya?

Tokoh-tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (Aan Mansyur) adalah buku yang membuat saya tergugah untuk menulis buku puisi saya sendiri; Melihat Api Bekerja (Aan Mansyur) adalah buku yang saya buka-tutup ketika saya merasa butuh asupan aksara. Kemudian buku-buku lain yang menumpuk di atas meja saya, yang tidak bisa satu per satu saya sebutkan, di sinilah yang sangat membantu saya dalam proses berkarya.

7. Jelaskan secara ringkas proses Anda menulis sebuah buku!

Biasanya saya menuliskan ide-ide yang muncul secara tiba-tiba ke dalam buku catatan kecil saya. Setelah itu, ketika saya sudah ada waktu untuk duduk rapi di hadapan laptop, menyetel lagu-lagu dengan lirik puitis, dan menyeduh segelas kopi, saya akan melanjutkan tulisan-tulisan tersebut di dalam naskah yang saya kerjakan.

8. Pesan utama apa yang ingin disampaikan melalui tulisan?
Sederhana sebetulnya. Saya ingin menulis sesuatu yang bisa membuat orang lain merasa mereka tidak sendirian. Bahwa di bagian bumi yang lain, selalu ada seseorang  dengan perasaan yang sama, yang juga tengah menghadapi situasi yang sama, namun tidak akan menyerah ke dalam keterpurukan. Karena sedih itu wajar, tapi merasa sendiri itu pilihan.

 _
Ivanasha, Penulis buku Hadiah Perasaan

Post a Comment

0 Comments