1. Sejak kapan Anda mulai menulis dan serius
dalam dunia kepenulisan?
Sejak pertama kali saya belajar menulis
di usia kanak-kanak, menulis telah menjadi hobi saya. Saya gemar sekali menulis
cerpen dan surat cinta untuk Ibu. Saya pun bercita-cita menjadi seorang penulis
sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Namun, saya baru serius dalam
dunia kepenulisan pada tahun 2014. Ketika itu, ada patah hati terbesar yang
saya alami, dan karenanya saya pun bertekad kuat untuk menyelesaikan sebuah
naskah dan menerbitkannya secara mandiri.
2. Apa genre tulisan yang Anda sukai dan menjadi
karakter sejak awal menulis?
Puisi. Sebab saya lahir dari seorang
Ibu yang mencintai puisi, saya pun tidak heran jika saya begitu menggilai puisi
dan terjebak di dalamnya bertahun-tahun. Membaca begitu banyak puisi dan
menjadikannya bagian dari diri saya sendiri. Saya pernah mencoba untuk
menuliskan genre lain, namun saya rasa, saya hanya menemukan rumah ketika saya
menulis puisi.
3. Dari mana sumber inspirasi terbesar
Anda dalam menulis?
Jujur saja, inspirasi paling hebat yang
saya rasakan selalu berasal dari pengalaman pahit yang saya lalui. Sebagian
besar, dari patahnya hati yang tidak disengaja.
4. Prinsip apa yang Anda pegang kuat dalam
hal berkarya?
Dalam berkarya, saya selalu meyakinkan
diri saya untuk tidak perlu menjadi orang lain ketika saya menulis. Saya hanya
ingin selalu jujur di dalam tulisan saya sendiri, menuangkan apa yang
betul-betul saya rasakan atau yang saya rasa patut untuk diungkapkan. Saya
seringkali bilang kepada diri saya sendiri, bahwa lebih baik beristirahat
menulis untuk waktu yang tidak ditentukan, daripada memaksakan diri berkarya
namun pada akhirnya merasa karya tersebut hampa dan tidak berasal dari
keinginan saya sendiri.
5. Siapa saja tokoh favorit/rujukan/anutan
yang sangat berpengaruh dalam dunia tulis-menulis Anda?
Khalil Gibran, Sapardi Djoko Damono, Aan Mansyur. Tiga nama itu memiliki pengaruh penting
dalam perjalanan saya menulis puisi. Jika saja dulu saya tidak pernah menemukan
karya-karya mereka, barangkali saya juga tidak akan menemukan gairah menulis puisi
sama sekali. Karya-karya mereka membuat saya menyadari bahwa puisi memiliki
kekuatan tersendiri untuk menyampaikan sesuatu dengan indah, tanpa perlu secara
lugas menerjemahkan makna. Kerap kali saya menemukan kata-kata yang tumbuh dari
dalam kepala saya, setiap saya membaca puisi-puisi mereka. Bagi saya, itu
adalah pengaruh terbesar yang kini menjadikan saya sebagaimana saya sekarang.
6. Buku apa saja yang paling berpengaruh
dalam proses Anda berkarya?
Tokoh-tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (Aan Mansyur)
adalah buku yang membuat saya tergugah untuk menulis buku puisi saya sendiri; Melihat Api Bekerja (Aan Mansyur) adalah
buku yang saya buka-tutup ketika saya merasa butuh asupan aksara. Kemudian
buku-buku lain yang menumpuk di atas meja saya, yang tidak bisa satu per satu
saya sebutkan, di sinilah yang sangat membantu saya dalam proses berkarya.
7. Jelaskan secara ringkas proses Anda menulis sebuah buku!
Biasanya saya menuliskan ide-ide yang
muncul secara tiba-tiba ke dalam buku catatan kecil saya. Setelah itu, ketika
saya sudah ada waktu untuk duduk rapi di hadapan laptop, menyetel lagu-lagu
dengan lirik puitis, dan menyeduh segelas kopi, saya akan melanjutkan
tulisan-tulisan tersebut di dalam naskah yang saya kerjakan.
8. Pesan utama apa yang ingin disampaikan
melalui tulisan?
Sederhana sebetulnya. Saya ingin
menulis sesuatu yang bisa membuat orang lain merasa mereka tidak sendirian.
Bahwa di bagian bumi yang lain, selalu ada seseorang dengan perasaan yang sama, yang juga tengah
menghadapi situasi yang sama, namun tidak akan menyerah ke dalam keterpurukan.
Karena sedih itu wajar, tapi merasa
sendiri itu pilihan.
_
Ivanasha, Penulis buku Hadiah Perasaan
0 Comments